TUGAS BAHSA INDONESIA
“DRAMA PENJAJAHAN”
NAMA ANGGOTA
APRIANTY PEGASARI(warga dan narrator)
APRIANDA IDRUS(van idrus)
AISYAH CINDYTA ZAHRA(istri nuaim)
AISYAH PUTRI MUFIDAH(anak)
ERINA KATERIN(dokter)
ILMI HATTA(van ilmi)
MUHAMAD GHOIST(pemuda)
NUAIM ZAHIR(bapak nuaim)
KELAS: 11 SOSIAL 2
SMA NEGERI 5 BEKASI
2011-2012
Narrator:
pada zaman dahulu kala. Terdapat kampung
yang hidup rukun tentram, disalah satu rumah terdapat keluarga yang paling dihormati
yaitu keluarga bapak Nuaim yang terkenal karena kedermawaannya. kemudian semua
berubah ketika kolonial
belanda mulai menyerang. Walaupun kesal dengan perbuatan biadab belanda. Mereka
mencoba untuk bersabar. Hingga suatu hari keluarga Nuaim merencanakan sesuatu
Nuaim: bagaimana ini, perbuatan
penjajah itu tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Kita harus bertindak segera sebelum mereka menguasai
semua!
Istri Nuaim: kita harus bersabar ayah, semua kita
serahkan saja pada Tuhan yang maha Esa. Niscaya semua akan kembali seperti
semula.
Nuaim: Amin. Tapi bu, apa kita akan terus berdiam
seperti ini. Masyarakat pun tidak kuat lagi menahan cobaaan ini.
Narrator:
tanpa diduga-duga ternyata orang belanda mendengarkan pembicaraan mereka, dan
akhirnya belanda menyergap mereka
Van idrus:
heii, apa yang sedang kalian lakukan?.. (berteriak tegas)
Nuaim: hah
(terkejut) kami hanya sekedar membahas menu makan malam (terbata-bata).
Anak: ibu, aku takut (bersembunyi dibelakang ibu)
Van idrus: apa??
Menu makan malam, saya jadi lapar, kebetulan saya belum makan .
Van ilmi: bodoh kamu, kok jadi curhat. Kalian bohong! Pasti kalian orang – orang yang ingin
menggagalkan rencana cemerlang kami.
Nuaim: tidak! (teriak)
Van idrus: sudah tidak usah banyak bicara, akan kami
bawa kamu (sambil menodongkan senjata)
Isti nuaim: jangan! jangan bawa suamiku tercinta (berlutut
memohon). Dia tidak bersalah, kami benar-benar tidak merencanakan apapun.
Van ilmi: sudah cepat ikuti kami (sambil memegang
erat nuaim)
Nuaim: tidak, saya tidak mau (sambil memberontak
berusaha melarikan diri).
Narrator:
akhirnya Nuaim berhasil melarikan diri. Salah satu orang Belandapun bergegas
mengejar Nuaim.
Van ilmi: baiklah saya pergi mengejar dia, kamu jaga
mereka.
Anak: ibu, apa yang harus kita lakukan sekarang?
(cemas)
Istri Nuaim: (sambil memeluk anaknya) tenang pasti ayah akan kembali
menyelamatkan kita. (menatap
anaknya)
Narrator: akhirnya nuaim berhasil
melarikan diri, namun ketika melarikan diri, ditengah jalan nuaim bertemu
dengan warga setempat. nuaim teringat
istrinya yang masih tertinggal dirumah tersebut. Akhirnya Nuaimpun meminta pertolongan warga
untuk membawa keluarganya.
Nuaim: (sambil menyelinap) dimana istriku, jangan-
jangan mereka membawa istriku pergi.
Warga: sst pelan-pelan, pasti masih ada colonial
belanda disekitar sini (berbisik)
Pemuda: kita harus waspada, jangan sampai kita
tertangkap (membungkuk)
Istri Nuaim: sst, sst.. ayah, aku disini, hati-hati disamping rumah
masih banyak colonial belanda berkeliaran. Cepat bawa anak kita (lewat jendela)
selamatkan dia terlebih dahulu.
Pemuda: pa Nuaim
itu istri dan anakmu dijendela (menunjuk ke jeendela)
Nuaim: mari kita kabur bersama-sama kehutan. Banyak
masyarakat yang bersembunyi disana.
Pemuda: ayo kita
harus bergegas pergi dari sini
Narrator:
pada saat mereka kabur dari rumah tersebut, orang belanda melihat nuaim dan
keluarganya yang ingin kabur. Karena mengetahui mereka kabur, orang belanda
tersebut menembak nuaim
Van ilmi: hai kalian berhenti, jangan kabur. Saya
tembak kalian. (sambil menembak nuaim)
Istri Nuaim: ayah (menghampiri nuaim yang tertembak)
Anak: ayah bangun,
ayaaaaah (menangis)
nuaim: ayo cepat kalian lari menyelamatkan diri,
Tinggalkan ayah selamatkan anak kita. Ikuti warga itu kehutan dan bersembunyi
disana
anak: aku tidak mau
meninggalkan ayah sendirian. Bagaimana kalau ayah ditangkap? (menangis)
Istri Nuaim: jaga diri ayah baik-baik (sambil
menangis). Ibu yakin ayah
akan selamat (tersenyum)
anak: ibu,
ayah bagaimana?
Istri Nuaim: ayah pasti selamat, jangan kawatir (menarik anaknya)
Narrator:
nuaimpun tertangkap oleh colonial belanda dan mereka membawanya kemarkas
belanda. Ketika sampai dimarkas, orang belanda memanggilkan seorang dokter
untuk merawat bapak Nuaim.
Van ilmi: segera
panggil dokter untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di kakinya,
jangan sampai orang ini mati.
Van idrus: siap! Saya akan panggilkan dokter segera (hormat)
(dokter datang dan bergegas memeriksa bapak nuaim)
Dokter : apa yang terjadi? (sambil mengeluarkan
peralatannya)
Van ilmi : cepat kelurkan peluru di kaki orang itu (menunjuk)
Dokter : baiklah,saya butuh bantuan untuk membawa
orang ini ke tempat tidur.
Nuaim : tidak saya tidak mau dirawat oleh dokter
belanda ini (memberontak)
Van idrus : banyak bicara kamu!.(sambil menggotong
nuaim ke tempat tidur).
Dokter : saya tau anda tidak mau dirawat oleh saya
karena anda tau saya orang belanda,bukan?.tidak penting siapa yang merawat anda
yang penting keselamatan anda.bagaimana
dengan keluarga anda nanti pak, jika bapa tiada? (sambil mengeluarkan peluru
dari kaki nuaim)
Nuaim : terima kasih dok, engkau sangat baik
kepadaku, suatu saat aku akan membalas budi baikmu (berkaca-kaca)
Dokter: ini memang tugas ku (tersenyum manis)
Narrator:
setelah beberapa hari nuaim sembuh dari lukanya, akhirnya ia memutuskan untuk
lari dari markas tersebut, sebelum melarikan diri nuaim menemukan senapan dan
ia pun mengambil senapan tersebut dan membawanya lari. Ke persembunyian
keluarganya.
Anak: ibu-ibu! Liat siapa yang datang! (teriak) itu seperti ayah (kegirangan). Tidak salah lagi pasti
itu ayah ibu (menarik ibunya) ayah selamat- ayah selamat
Ibu : ayah! (terkejut) Bagaimana keadaan mu? (sambil memegang erat
tangan Nuaim)
Anak: wuah ayah
selamat, ayah hebat. Dari awal aku sudah yakin kalau ayah akan selamat. Aku
selalu mendoakan ayah (memeluk bapanya). Akan ku ambilkan air untuk ayah pasti
ayah haus (pergi mengambil air)
Nuaim :
terima kasih anakku, karna doamu ayah selamat. aku baik-baik saja bu, (tersenyum bahagia) kita harus merencanakan penyerangn kita .
Narator:
nuaim dan warga pribumi lainnya merencanakan
penyerangan terhadap kubu belanda dengan modal senapan yang ia curi.
Nuaim: kita harus menyerang mereka pada malam hari
dan secepatnya menghilangkan jejak kita
Warga: lalu bagaimana kita biasa memasuki kawasan
mereka (terlihat bingung)
Nuaim: kita harus membunuh para penjaga markas
terlebih dahulu. Kemudian kita menyelinap lewat pintu rahasia yang saya lewati
ketika kabur dari markas tersebut (menerangkan dengan jelas)
Pemuda: baik kita harus melaksanakan misi ini malam
ini juga (mengepal tangan keatas)
Narrator:
akhirnya mereka bersiap dengan senjata seadanya untuk menyerang belanda hingga
akhirnya mereka dapat memasuki markas dengan diam – diam. Didalam markas ia
mencari pemimpin belanda untuk mereka bunuh sampai akhirnya nuaim pun bertemu dengan
Pemimpin belanda yang ternyata pernah
menembak saudara dan kaki nuaim sendiri.
Nuaim: angkat tangan! (menodongkan senjata) Sekarang
kamu akan aku bunuh! (mengancam)
Van Ilmi : jangan ! (mengangkat tangan) aku memiliki anak dan istri!
Van Ilmi : jangan ! (mengangkat tangan) aku memiliki anak dan istri!
Nuaim: apakah kamu pernah berfikir apa yang telah
engkau lakukan pada kampung kami ! (berteriak sedih) berapa saudara kami yang telah kau
bunuh!
Pemuda: sudah langsung saja kita bunuh dia (menunjuk)
Van Ilmi : jangaaaaaaaaaan!!! (cemas)
Nuaim: jangan banyak bicaraaa! (door, nuaim menembak
kaki ilmi) itu untuk apa yang kau lakukan padaku, dan keluargaku. (mengangkat
senjata)
Van ilmi: ahhhh, cukuup!! (berlutut memohon)
Nuaim: (door,
nuaim menembak lurus kejantung ilmi) itu untuk apa yang kau lakukan pada
saudara-saudara dinegeriku ini ..
Van ilmi :akhhhh!! (kesakitan)
Nuaim: berhasil (akhirnya ilmipun terbunuh)
Van ilmi :akhhhh!! (kesakitan)
Nuaim: berhasil (akhirnya ilmipun terbunuh)
Narator: ketika nuaim menembak ilmi istri van ilmi pun
datang dan ternyata itu adalah dokter
yang menolong nuaim ketika ia sakit.
Pemuda: sepertinya
ada yang melangkah kemari (bersembunyi di belakang tembok)
Dokter: tidaaaaak!! Apa yang kau lakukan pada
suamiku!! (mengankat ilmi)
Nauim: apaaa??!! (terkejut) orang jahat ini adalah suamimu! (bingung dan
ikut mengangkat ilmi) ma-maafkan saya (dengan rasa bersalah yang teramat dalam)
dokter : pergi dari hadapanku!! (mendorong Nuaim) Apakah ini balas budi yang kau lakukan kepadaku?
dokter : pergi dari hadapanku!! (mendorong Nuaim) Apakah ini balas budi yang kau lakukan kepadaku?
Nuaim: (tidak dapat berkata-kata dan pergi)
Narrator:
akhirnya nuaim lari dengan berjuta rasa yang bercampur aduk di dalam hatinya,
ia senang namun sedih, akan apa yang telah ia lakukan pada hari ini, setelah
kejaian itu nuaim tidak pernah bertemu dengan dokter itu lagi, ia pun memendam
rasa bersalah nya dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar