Kegiatan Akal Budi Manusia
Kegiatan berpikir manusia
berlangsung di dalam akal budi atau intelek (the mind) manusia. Jadi, kegiatan
akal budi atau intelek. Pada dasarnya kegiatan akal budi manusia dapat dibagi
dalam tiga langkah yang saling berkaitan (Jacques Maritian, Formal Logic,
1937:1). Tiga langkah kegiatan akal budi adalah :
1. Kegiatan akal budi tingkat pertama (the first
operation of the mind) yang dinamakan Aprehensi Sederhana (Simple Apprehension)
yang menghasilkan terbentuknya Konsep.
2. Kegiatan akal budi tingkat dua (the second
operasition of the mind) yang dinamakan Keputusan (Judgment, Oordeel) yang
menghasilkan proposisi.
3. Kegiatan akal budi ketiga (the third operation of
the mind) yang dinamakan penalaran (Reasioning, Redenering) yang menghasilkan
argument atau argumentasi.
A. Kegiatan
Akal Budi Tingkat Pertama
Kegiatan akal budi tingkat pertama dinamakan Aprehensi Sederhana (Simple Apprehension). Pada kegiatan ini
yang terjadi adalah akal budi (intelek) secara langsung melihat , mempersepsi,
menangkap atau mengerti sesuatu atau objek tertentu. Hal ini terjadi baik
melalui panca indera maupun melalui kegiatan berpikir itu sendiri. Kegiatan ini
menghasilkan terbentuknya “idea” atau “gagasan” tentang hal atau objek tertentu
itu. Idea ini terbentuk di dalm akal budi manusia melalui proses abstraksi.
Dengan terbentuknya idea dalam akal budi manusia berarti bahwa akal budi
manusia itu menangkap atu memahami esensi dari objek tertentu. Jadi, aprehensi
Sederhana adalah tindakan akal budi yang menangkap atau mengerti sesuatu tanpa
mengiyakan atau menyangkal. Objek
material dari Aprehensi Sederhana adalah suatu hal atau objek yang ditangkap
akal budi. Objek formalnya adalah bagian dari suatu hal yang pertama-tama
tertangkap oleh akal budi sebagai objeknya. Yang pertama-tama tertangkap oleh
akal budi itu adalah esensi atau sifat pokok atau intisari dari suatu hal.
Dapat juga dikatakan, esensi adalah “apa”-nya dari suatu (what something is) atau apa yang membuat sesuatu menjadi sesuatu
itu. Lebih umum dapat dikatakan, esensi adalah apa yang bagi akal budi terutama
secara niscaya merupakan suatu hal tertentu. Esensi yang ditangkap oleh akal
budi itu bagi akal budi merupakan idea tentang hal itu. Idea ini dalam akal
budi dirumuskan dalam suatu konsep. Jadi, produk dari kegiatan Aprehensi Sederhana
adalah terbentuknya konsep dalam alam pikiran. Konsep tentang suatu hal itu
akan diungkapkan dalam bentuk lambang yang berupa lambang-lambang bunyi, yakni
bunyi yang mempunyai makna tertentu yang disebut perkataan, atau berupa
lambang-lambang grafis, yakni gambar yang mempunyai makna tertentu, misalnya
berupa huruf atau rangkaian huruf-huruf yang mewujudkan perkataan. Contoh:
manusia, pohon, harimau, kursi, mencubit, terkekeh-kekeh, terjerembah, ilmu,
dan sebagainya.
B. Kegiatan
Akal Budi Tingkat Kedua
Kegiatan akal budi tingkat kedua disebut keputusan (Judgment). Pada tingkat ini yang terjadi adalah tindakan akal budi
yang berupa mengelompokkan dan menghubungkan dua konsep (idea). Tindakan akal
budi ini adalah berupa mempersatukan dua konsep dengan jalan mengiyakan, atau
memisahkan dua konsep dengan jalan menyangkal. Dalam proses ini, salah satu
konsep disebut Subjek, dan yang lainnya dinamakan Predikat. Kedua konsep ini dihubungkan
dengan jalan disusun sedemikian rupa sehingga mewujudkan sebuah penilaian. Penilaian
ini adalah berupa menentukan apakah kedua konsep ini sama atau tidak, atau
apakah konsep yang satu termasuk ke dalam konsep lain atau tidak. Hasilnya
adalah berupa Keputusan. Dalam keputusan itu dinyatakan bahwa konsep yang satu
(yakni predikat) mengiyakan atau menyangkal konsep yang lain (yakni subjek).
Dalam contoh: “Manusia adalah makhluk
rasional”, terjadi pengiyaan, yakni konsep “mahluk rasional” mengiyakan konsep “manusia”. Contoh lain: “Kuda
adalah bukan makhluk rasional”; pada
contoh kedua ini terjadi penyangkalan, yakni konsep “makhluk rasional” menyangkal konsep “kuda”. Produk dari kegiatan akal budi tingkat kedua ini (keputusan)
dinamakan Preposisi (putusan).
C. Kegiatan
Akal Budi Tingkat Ketiga
Kegiatan akal budi tingkat tiga dinamakan Penalaran (Reasoning). Pada tingkat ini yang terjadi adalah: akal budi manusia
melihat atau memahami sekelompok preposisi yang dalam Ilmu Logika disebut
preposisi anteseden. Kemudian berdasarkan pemahaman tentang preposisi-preposisi
anteseden itu atau pemahaman tentang hubungan antara proposisi-proposisi
anteseden itu, akal budi menarik dan membentuk sebuah proposisi baru yang
disebut proposisi konsekuen atau kesimpulan. Proposisi anteseden ini biasa juga
dinamakan premis. Jadi, penalaran adalah kegiatan atau proses yang mempersatukan
anteseden dan konsekuen. Keseluruhan proposisi-proposisi antesenden dan
konsekuen itu dinamakan Argumentasi atau Argumen. Istilah “penalaran” menunjuk
pada kegiatan akal budinya. Sedangkan istilah “argumen” menunjuk pada hasil
atau produk dari kegiatan penalaran. Contoh: berdasarkan pemahaman tentang
hubungan antara proposisi “Manusia adalah
makhluk fana” dan proposisi “Mahasiswa
adalah manusia” ditarik dan dimunculkan proposisi “Mahasiswa adalah makhluk fana”
sebagai proposisi konsekuen.
Pengantar
Akal Budi kita pada dasarnya
mempunyai tiga cara untuk mengetahui (modi sciendi) yang sistematis. Yang
pertama membagi, yakni menunjuk dan menjumlah secara jelas perbedaan-perbedaan
(distinct) bagian-bagian suatu keseluruhan logis, kemudian memberikan ketentuan
atau batasan arti, selanjutnya menyusun pemikiran.
Pembagian
Secara umum, membagi adalah
memisahkan bagian-bagian dari sesuatu, memecahkan bagin-bagian sesuatu, lalu
menceraikannya. Dalam logika, pembagian berarti menunjuk dan menjumlah secara
jelas perbedaan-perbedaan dari bagian-bagian suatu keseluruhan logis.
Bagian dan keseluruhan adalah
korelat. Suatu keseluruhan adalah sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian, maka
dapt dipecah-pecahkan an diceraikan. Bagian adalah hal-hal yang menyususn suatu
keseluruhan, maka keseluruhan dapt dibagi-bagi.
Keseluruhsn riel adalh keseluruhan
yang tidak dapt dijadikan predikat masing –masing bagiannnya. Sedang
keseluruhan logis adalh keseluruhan yang dapt menjadi predika tmasign-masing
bagiannya. Keseluruhan logis adalah suatu konsep universal, dan
bagian-bagiannya adalah hal-hal yang tercakup di dalammnya.
Jenis-jenis keseluruhan
Macam-macam keseluruhan lain,
misalnya:
1. Keseluruhan aksidental : terdiri dari berbagai
‘ada’ yang utuh.
Misalnya : timbunan batu, tumpukan kayu.
2. Keseluruhan esensial : terdiri dari bagian-bagian
yang menyusun hakikat sesuatu, baik secara fisik maupun metafisik.
Fisik : manusia secara fisik terdiri dari badan dan roh yang rasiaonal.
Metfisik : secara metafisik manusisa terdiri dari animalalitas (hewan) dan
rasionalitas (pembagiannya hanya bias terlaksana di dalam pikiran).
3.
Keseluruhan universal
: yakni keseluruhan yang terdapat di seluruh bagian-bagiannya merupakan
keutuhan
Konsep
Pengertian Konsep
Perkataan konsep berasal dari bahasa
Latin, yakni dari kata kerja “concipere” yang berarti: mencakup, mengandung,
menyedot, menangkap. Kata bendanya adalah “conceptus” yang secara harfiah
berarti: hasil tangkapan intelek atau akal budi manusia. Sinonimnya adalah
perkataan “idea” (ide).
Perkataan “idea” berasal dari bahasa
Yunani, yakni dari perkataan “eidos” yang secara harfiah berarti: yang orang
liat, yang menampakan diri, bentuk, gambar, rupa dari sesuatu. Jadi, “eidos”
menunjuk pada yang ada atau yang muncul dalm intelek (akal budi) manusia.
Denagn demikian, “idea” atau “ konsep” menunjuk pada representasi atau
perwakilan dari objek yang ada di luar subjek (benda, peristiwa, hubungan,
gagasan).
Gambar dan esens dari sesuatu yang muncul
sebagai konsep mengandung karakteristik atau kualitas. Misalnya, “frame kaca
mata saya berwarna hiatm”,“Kacamatanya sendiri berbentuk bulat”,”Andi tergolong
pintar”,”Gula rasanya manis”,”Garam rasanya asin”. Kualitas atau karakteristik
itu melekat pada benda atau hal yang dimaksudkan oleh konsep yang bersangkutan.
Ada dua macam kualitas, yaitu kualitas
primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer dapat diamati secara langsung
misalnya: panjang , lebar, luas, volume, bentuk (segitiga, segiempat, jajaran
genjang, kubus , tabung, kerucut, lingkaran, kubah, garis, kurva, dan
sebagainya); atau secara tidak langsung melalui rumus-rumus misalnya: kecepatan
diukur dengan km/jam, rumus kimia untuk air H2O, rumus kimia untuk garam NaCL,
dan sebagainya. Kualitas primer sebuah konsep didapat melalui pengamatan
(observasi), pengukuran (atau penghitungan). Singkatnya, kualitas primer
melekat pada materi dari konsep benda/hal yang kita amati.
Jika kualitas dari konsep berkaitan
dengan warna, rasa atau kesan-kesan yang kita simpulakan berdasrkan pengamatan
kita pada benda atau hal konkret, maka kita berhadapan denagn kualitas
sekunder. Artinya, sifat-sifat atau karakteristik yang termasuk kelompok ini
tidak melekat pada materi konsep benda atau hal yang dimaksudkan. Kualitas
sekunder dari konsep diperoleh dari hubungan kita dengan benda/hal konkret, dan
hasilnya adalah persepsi kita terhadap benda atau hal tersebut. Kualitas
sekunder kemudian menghasilkan juga konsep atau idea seperti
“hitam”,”putih”,”merh”,asin”,”manis”,”pahit”. Dapat pula kualitas yang lebih
abstrak seperti “jujur”,jahat’,baik”,”sombong”. Kualitas-kualitas seperti ini
tidak tedapat dalm pengetahuan (dalm memori otak kita) jika orang lain tidak
memberitahukannya kepada kita, atau jika kita sendiri tidak mencari tahu
tentang kualitas seperti itu. Karena tidak melekat pada materi konsep benda/hal,
kualitas sekunder sulit diukur secara tepat seperti kualitas primer. Karena
itu, kita perlu menyepakati “kadar” dari kulitas sekunder.
Konsep atau ide itu dinyatakan dengan
sebuah tanda lahiriah atau beberapa kata. Kata atau kelompok kata-kata yang
demikian itu disebut “term”, jika dipandang dari sudut fungsinya dalm sebuah
kalimat atau proposisi, yakni sebuah “subjek” atau sebagai “predikat”. Jika
term itu terdiri dari satu kata saja, maka ia disebut “term tunggal”, dan
disebut “term majemuk” jika tediri atas lebih dari satu kata. Namun, konsep
atau idea atau term tersebut tidak identik dengan kata (rangkaian kata-kata),
atau sebaliknya. Sebab, sebuah kata dapat digunakan untuk mengungkapkan lebih
dari satu konsep; dalm hal ini dikatakan bahwa “kata” atau “perkataan” tersebut
memiliki arti ganda. Dan, sebaliknya, sebuah konsep dapat diungkapkan dengan
kata atau kelompok kata yang berbeda. Misalnya, perkataan “genting” dapat
menunjuk pada konsep “keadaan tegang atau darurat”, dapat juga menunjuk pada konsep
“tutup atap rumah yang terbuat dari tanah”(lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia).