photoputu

photoputu
Life is like riding a bike. To stay balanced, you have to keep moving.

Sabtu, 02 Juni 2012

contoh naskah drama penjajahan


TUGAS BAHSA INDONESIA
“DRAMA PENJAJAHAN”

NAMA ANGGOTA
APRIANTY PEGASARI(warga dan narrator)
APRIANDA IDRUS(van idrus)
AISYAH CINDYTA ZAHRA(istri nuaim)
AISYAH PUTRI MUFIDAH(anak)
ERINA KATERIN(dokter)
ILMI HATTA(van ilmi)
MUHAMAD GHOIST(pemuda)
NUAIM ZAHIR(bapak nuaim)

KELAS: 11 SOSIAL 2
SMA NEGERI 5 BEKASI
2011-2012


Narrator: pada zaman dahulu kala. Terdapat kampung yang hidup rukun tentram, disalah satu rumah terdapat keluarga yang paling dihormati yaitu keluarga bapak Nuaim yang terkenal karena kedermawaannya. kemudian semua berubah ketika kolonial belanda mulai menyerang. Walaupun kesal dengan perbuatan biadab belanda. Mereka mencoba untuk bersabar. Hingga suatu hari keluarga Nuaim  merencanakan sesuatu
Nuaim: bagaimana ini, perbuatan penjajah itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kita harus bertindak segera sebelum mereka menguasai semua!
Istri Nuaim: kita harus bersabar ayah, semua kita serahkan saja pada Tuhan yang maha Esa. Niscaya semua akan kembali seperti semula.
Nuaim: Amin. Tapi bu, apa kita akan terus berdiam seperti ini. Masyarakat pun tidak kuat lagi menahan cobaaan ini.
Narrator: tanpa diduga-duga ternyata orang belanda mendengarkan pembicaraan mereka, dan akhirnya belanda menyergap mereka
Van idrus: heii, apa yang sedang kalian lakukan?.. (berteriak tegas)
Nuaim: hah (terkejut) kami hanya sekedar membahas menu makan malam (terbata-bata).
Anak: ibu, aku takut (bersembunyi dibelakang ibu)
Van idrus: apa?? Menu makan malam, saya jadi lapar, kebetulan saya  belum makan .
Van ilmi: bodoh kamu, kok jadi curhat. Kalian bohong! Pasti kalian orang – orang yang ingin menggagalkan rencana cemerlang kami.
Nuaim: tidak! (teriak)
Van idrus: sudah tidak usah banyak bicara, akan kami bawa kamu (sambil menodongkan senjata)
Isti nuaim: jangan! jangan bawa suamiku tercinta (berlutut memohon).  Dia tidak bersalah,  kami benar-benar tidak merencanakan apapun.
Van ilmi: sudah cepat ikuti kami (sambil memegang erat nuaim)
Nuaim: tidak, saya tidak mau (sambil memberontak berusaha melarikan diri).
Narrator: akhirnya Nuaim berhasil melarikan diri. Salah satu orang Belandapun bergegas mengejar Nuaim.
Van ilmi: baiklah saya pergi mengejar dia, kamu jaga mereka.
Anak: ibu, apa yang harus kita lakukan sekarang? (cemas)
Istri Nuaim: (sambil memeluk anaknya) tenang pasti ayah akan kembali menyelamatkan kita. (menatap anaknya)
 Narrator: akhirnya nuaim berhasil melarikan diri, namun ketika melarikan diri, ditengah jalan nuaim bertemu dengan warga setempat.  nuaim teringat istrinya yang masih tertinggal dirumah tersebut.  Akhirnya Nuaimpun meminta pertolongan warga untuk membawa keluarganya.
Nuaim: (sambil menyelinap) dimana istriku, jangan- jangan mereka membawa istriku pergi.
Warga: sst pelan-pelan, pasti masih ada colonial belanda disekitar sini (berbisik)
 Pemuda: kita harus waspada, jangan sampai kita tertangkap (membungkuk)
Istri Nuaim: sst, sst..  ayah, aku disini, hati-hati disamping rumah masih banyak colonial belanda berkeliaran. Cepat bawa anak kita (lewat jendela) selamatkan dia terlebih dahulu.
Pemuda: pa Nuaim itu istri dan anakmu dijendela (menunjuk ke jeendela)
Nuaim: mari kita kabur bersama-sama kehutan. Banyak masyarakat yang bersembunyi disana.
Pemuda: ayo kita harus bergegas pergi dari sini
Narrator: pada saat mereka kabur dari rumah tersebut, orang belanda melihat nuaim dan keluarganya yang ingin kabur. Karena mengetahui mereka kabur, orang belanda tersebut menembak nuaim
Van ilmi: hai kalian berhenti, jangan kabur. Saya tembak kalian. (sambil menembak nuaim)
Istri Nuaim: ayah (menghampiri nuaim yang tertembak)
Anak: ayah bangun, ayaaaaah (menangis)
nuaim: ayo cepat kalian lari menyelamatkan diri, Tinggalkan ayah selamatkan anak kita. Ikuti warga itu kehutan dan bersembunyi disana
anak: aku tidak mau meninggalkan ayah sendirian. Bagaimana kalau ayah ditangkap? (menangis)
Istri Nuaim: jaga diri ayah baik-baik (sambil menangis). Ibu yakin ayah akan selamat (tersenyum)
 anak: ibu, ayah bagaimana?
Istri Nuaim: ayah pasti selamat, jangan kawatir  (menarik anaknya)
Narrator: nuaimpun tertangkap oleh colonial belanda dan mereka membawanya kemarkas belanda. Ketika sampai dimarkas, orang belanda memanggilkan seorang dokter untuk merawat bapak Nuaim.
Van ilmi: segera  panggil dokter untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di kakinya, jangan sampai orang ini mati.
Van idrus: siap! Saya akan panggilkan dokter segera (hormat)
(dokter datang dan bergegas memeriksa bapak nuaim)
Dokter : apa yang terjadi? (sambil mengeluarkan peralatannya)
Van ilmi : cepat kelurkan peluru di kaki orang itu (menunjuk)
Dokter : baiklah,saya butuh bantuan untuk membawa orang ini ke tempat tidur.
Nuaim : tidak saya tidak mau dirawat oleh dokter belanda ini (memberontak)
Van idrus : banyak bicara kamu!.(sambil menggotong nuaim ke tempat tidur).
Dokter : saya tau anda tidak mau dirawat oleh saya karena anda tau saya orang belanda,bukan?.tidak penting siapa yang merawat anda yang penting keselamatan anda.bagaimana dengan keluarga anda nanti pak, jika bapa tiada? (sambil mengeluarkan peluru dari kaki nuaim)

Nuaim : terima kasih dok, engkau sangat baik kepadaku, suatu saat aku akan membalas budi baikmu (berkaca-kaca)
Dokter: ini memang tugas ku (tersenyum manis)
Narrator: setelah beberapa hari nuaim sembuh dari lukanya, akhirnya ia memutuskan untuk lari dari markas tersebut, sebelum melarikan diri nuaim menemukan senapan dan ia pun mengambil senapan tersebut dan membawanya lari. Ke persembunyian keluarganya.
Anak: ibu-ibu! Liat siapa yang datang! (teriak) itu seperti ayah (kegirangan). Tidak salah lagi pasti itu ayah ibu (menarik ibunya) ayah selamat- ayah selamat
Ibu : ayah! (terkejut)  Bagaimana keadaan mu? (sambil memegang erat tangan Nuaim)
Anak: wuah ayah selamat, ayah hebat. Dari awal aku sudah yakin kalau ayah akan selamat. Aku selalu mendoakan ayah (memeluk bapanya). Akan ku ambilkan air untuk ayah pasti ayah haus (pergi mengambil air)
Nuaim : terima kasih anakku, karna doamu ayah selamat.  aku baik-baik saja bu, (tersenyum bahagia)  kita harus merencanakan penyerangn kita .
Narator: nuaim dan warga pribumi lainnya merencanakan  penyerangan terhadap kubu belanda dengan modal senapan yang ia curi.
Nuaim: kita harus menyerang mereka pada malam hari dan secepatnya menghilangkan jejak kita
Warga: lalu bagaimana kita biasa memasuki kawasan mereka  (terlihat bingung)
Nuaim: kita harus membunuh para penjaga markas terlebih dahulu. Kemudian kita menyelinap lewat pintu rahasia yang saya lewati ketika kabur dari markas tersebut (menerangkan dengan jelas)
Pemuda: baik kita harus melaksanakan misi ini malam ini juga (mengepal tangan keatas)
Narrator: akhirnya mereka bersiap dengan senjata seadanya untuk menyerang belanda hingga akhirnya mereka dapat memasuki markas dengan diam – diam. Didalam markas ia mencari pemimpin belanda untuk mereka bunuh sampai akhirnya nuaim pun bertemu dengan Pemimpin belanda yang ternyata  pernah menembak saudara dan kaki nuaim sendiri.
Nuaim: angkat tangan! (menodongkan senjata) Sekarang kamu akan aku bunuh! (mengancam)
Van Ilmi : jangan ! (mengangkat tangan)  aku memiliki anak dan istri!
Nuaim: apakah kamu pernah berfikir apa yang telah engkau lakukan pada kampung kami ! (berteriak sedih) berapa saudara kami yang telah kau bunuh!
Pemuda: sudah  langsung saja kita bunuh dia (menunjuk)
Van Ilmi : jangaaaaaaaaaan!!! (cemas)
Nuaim: jangan banyak bicaraaa! (door, nuaim menembak kaki ilmi) itu untuk apa yang kau lakukan padaku, dan keluargaku. (mengangkat senjata)
Van ilmi: ahhhh, cukuup!! (berlutut memohon)
Nuaim:  (door, nuaim menembak lurus kejantung ilmi) itu untuk apa yang kau lakukan pada saudara-saudara dinegeriku ini ..
Van ilmi :akhhhh!! (kesakitan)
Nuaim: berhasil (akhirnya ilmipun terbunuh)
Narator:  ketika nuaim menembak ilmi istri van ilmi pun datang dan ternyata itu adalah  dokter yang menolong nuaim ketika ia sakit.
Pemuda: sepertinya ada yang melangkah kemari (bersembunyi di belakang tembok)
Dokter: tidaaaaak!! Apa yang kau lakukan pada suamiku!! (mengankat ilmi)
Nauim: apaaa??!! (terkejut)  orang jahat ini adalah suamimu! (bingung dan ikut mengangkat ilmi) ma-maafkan saya (dengan rasa bersalah yang teramat dalam)
dokter : pergi dari hadapanku!! (mendorong Nuaim) Apakah ini balas budi yang kau lakukan kepadaku?
Nuaim: (tidak dapat berkata-kata dan pergi)
Narrator: akhirnya nuaim lari dengan berjuta rasa yang bercampur aduk di dalam hatinya, ia senang namun sedih, akan apa yang telah ia lakukan pada hari ini, setelah kejaian itu nuaim tidak pernah bertemu dengan dokter itu lagi, ia pun memendam rasa bersalah nya dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar